Selasa, 02 November 2021

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA Kerajaan Islam di Jawa

 2. Kerajaan Islam di Jawa










a) Keajaan Demak



Kerajaan Demak adalah kesultanan islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vazal dari kerajaan Majapahit, dan terpecah menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Raden Patah dianggap sebagai pendiri dari kerajaan Demak dan merupakan orang yang berhubungan langsung dengan kerajaan Majapahit.

Salah satu bukti menyebutkan bahwa beliau adalah putra dari raja Brawijaya V dari Majapahit (1468-1478). Beliau memerintah dari tahun 1500-1518. Di bawah pemerintahnya, Demak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal itu disebabkan Demak memiliki daerah pertanian yang sangat luas sebagai penghasil bahan makanan terutama beras. Oleh karena itu, Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Wilayah kekuasaan Demak tak hanya sebatas pantai utara Jawa, seperti Semarang, Jepara, Tuban, dan Gresik tapi hingga ke Jambi dan Palembang di Sumatera timur.



Kerajaan Demak dikenal sebagai kerajaan terkuat di Jawa pada awal abad ke-16. Seperti yang telah disebutkan, Sultan Trenggono adalah sosok yang membawa kerajaan ini ke masa kejayaan. Bukan cuma Sunda Kelapa, wilayah-wilayah lain seperti Tuban, Madiun, Surabaya, Pasuruan, Malang, dan kerajaan Hindu terakhir di Jawa, Blambangan, berhasil dikuasai.

Sultan Trenggono juga melakukan pernikahan politik lewat perjodohan Pangeran Hadiri dengan puterinya; Pangeran Paserahan dengan putrinya (lalu memerintah di Cirebon); Fatahillah dengan adiknya; Joko Tingkir dengan adiknya. Sultan Trenggono gugur selepas pertempuran menaklukkan Pasuruan pada 1946 dan posisinya lantas digantikan Sunan Prawoto.



Kerajaan ini bertahan sampai tahun 1546 setelah terjadi perebutan kekuasaan antara Arya Panangsang dengan Adiwijoyo. Sunan Kudus ulama yang besar rupanya memihak kepada Arya Panangsang karena memang dia yang berhak melanjutkan kesultanan. Akan tetapi Arya Panangsang dibunuh oleh Adiwijoyo (Joko Tingkir). Dengan tindakan ini berakhirlah Kerajaan Demak dan Joko Tingkir memindahkannya ke Pajang.

Sejumlah peninggalan sejarah menjadi bukti dari keberadaan Kerajaan Demak. Sebagian di antaranya masih berdiri dan disimpan sampai sekarang, antara lain:

Masjid Agung Demak. Bangunan ini adalah peninggalan yang paling terkenal dan menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Demak. Masjid Agung Demak sempat mengalami beberapa kali renovasi dan dikenal akan keunikan gaya arsitekturnya yang sarat nilai filosofi;



Masjid Agung Demak (Sumber: helmiaira.wordpress.com)


· Pintu Bledek. Kata bledek yang berarti petir membuat peninggalan ini kerap disebut sebagai Pintu Petir. Adalah Ki Ageng Solo yang membuatnya pada 1466 sebagai pintu utama dari Masjid Agung Demak.

· Soko Tatal atau Soko Guru. Soko Guru merupakan tiang berdiameter 1 meter yang berperan sebagai penyangga masjid. Ada empat Soko Guru yang menurut kepercayaan dibuat Kanjeng Sunan Kalijaga untuk Masjid Agung Demak;

· Dampar Kencana. Dampar Kencana merupakan singgasana para raja/sultan yang pernah memimpin Kerajaan Demak.



b) Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Islam Demak. Kerajaan Pajang didirikan oleh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging yakni di lereng Gunung Merapi. Ia adalah menantu Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang. Pasca membunuh dan merebut kekusaan Demak dari Aria Penangsang, seluruh kekuasaan dan benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Hadiwijaya dan sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.









































Peralihan kekuasaan politik dari keturunan Sultan Demak kepada Sultan Pajang Adiwijoyo diikuti oleh perubahan pusat pemerintahan dari pinggir laut yang bersifat maritim, ke pedalaman yang bersifat pertanian (agraris).

Islam yang semula berpusat di pesisir utara Jawa (Demak) dipindahkan ke pedalaman membawa pengaruh yang besar dalam penyebarannya. Selain Islam yang mengalami perkembangan, politik juga mengalami perkembangan. Pada masanya, Jaka Tingkir memperluas kekuasaannya ke arah timur hingga Madiun di area pedalaman tepi aliran sungai Bengaawan Solo. Pada tahun 1554 Jaka Tingkir mampu menduduki Blora dan Kediri pada 1577. Karena Kerajaan Pajang dengan raja-raja di Jawa Timur sudah bersahabat, pada tahun 1581 Jaka Tingkir mendapat pengakuan sebagai sultan Islam oleh raja-raja penting di Jawa Timur.

Jaka Tingkir memimpin hingga tahun 1587 dan meninggal pada tahun yang sama. Pasca meningglnya sultan Pajang tersebut, estafet kekuasaan jatuh pada Aria Pengiri yakni menantunya yang juga adalah anak dari Sultan Prawoto. Aria Pengiri pada saat itu mendapat kekuasaan di Demak bersama para pejabat bawaannya pindah ke Pajang untuk menjadi pengganti Jaka Tingkir, sementara anak dari Jaka Tingkir yakni Pangeran Benowo mendapat kekuasaan di Jipang yang sekarang bernama Bojonegoro.







Masjid Laweyan merupakan salah satu peninggalan dari Kerajaan Pajang



Pangeran Benowo merasa tidak puas dengan hasil yang diterimanya yakni menjadi penguasa di Jipang, alhasil Pangeran Benowo meminta bantuan Senopati pemimpin Mataram untuk mengusir raja baru di Pajang tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1588 Kerajaan Pajang mampu dikuasinya. Sebagai ungkapan terimakasih, Pangeran Benowo menawarkan untuk menyerahkan haknya yakni warisan dari sang ayah untuk Senopati.



Tetapi, Senopati ingin tetap tinggal di Mataram, akhirnya Senopati hanya meminta pusaka kerajaan saja. Kemudian Pangeran Benowo dikukuhkan menjadi raja Pajang dan Kerajaan Pajang sepakat berada di dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram. Kerajaan Pajang berakhir tahun 1618. Kerajaan waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung namun akhirnya Kerajaan Pajang dihancurkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar